Beda pendapat atau beda pendapatan?
Wajar saja setiap orang mempunyai pendapat masing-masing dalam melihat sebuah hal. Pemikiran setiap tidak selamanya sama, seandainyapun sama, bisa saja mereka mempunyai maksud yang berbeda pula. Beda pendapat sangatlah manusiawi, namun terkadang perbedaan tersebut justru kita jadikan topeng untuk mengungkapkan ketidak sukaan kita terhadap seseorang.
Biasanya kita merasa tidak suka terhadap seseorang, namun kita menggunakan banyak cara untuk menutupinya. Salah satunya mungkin saja kita mengatakan bahwa kita bukannya tidak suka, namun hanya memang tidak sepaham ataupun beda pendapat. Padahal sebenarnya rasa iri tersebut datang bukan karena beda pendapat, tapi bisa jadi karena beda pendapatan. Kenyataan yang ironis pada kehidupan perkotaan adalah kehidupan yang berkelompok. Biasanya orang kaya sangat menerima atau percaya dengan orang miskin yang baru mereka kenal. Sebaliknya juga demikian, kebanyakan orang miskin memandang mereka yang kuat secara finansial sebagai sosok yang pelit ataupun galak. Apabila timbul konflik antara si miskin dan si kaya, pastilah orang-orang miskin lainnya akan berpihak kepada si miskin, serta begitu juga dengan orang-orang kaya yang hanya berpihak kepada kelompoknya
Sebagai anak Tuhan, kita harus sadar bahwa benih kebencian terkadang justru timbul dari salah persepsi terhadap orang lain. Belum tentu segala persepsi buruk dan keberpihakan kita tersebut benar, oleh karenanya perlu untuk diuji kebenarannya. Mintalah kepada Tuhan agar kita mampu melatih pikiran untuk bergaul dengan orang lain tanpa harus melhat status sosialnya. Ingatlah setiap prasangka negatif kita terhadap orang lain yang belum teruji adalah penghalang bagi berkkat Tuhan! Siapa tahu berkat Tuhan justru tersalur berlimpah melalui orang yang kita sangka buruk.
“…Bertindaklah dalam segala sesuatu
tanpa memihak
janganlah engkau terburu-buru
menumpangkan tangan atas seseorang…”
1 Timotius 5 : 21-22
No comments:
Post a Comment