Takut dikucilkan…
Semua makhluk ingin diterima sesamanya. Binatang saja ingin sekali diterima oleh sesama jenisnya apalagi manusia sebagai makhluk yang berperasaan. Setiap individu ingin sekali diterima. Mungkin hanya orang – orang tertentu yang bisa hidup menyendiri atau dikucilkan. Permaslahan justru datang pada saat manusia merasa tidak ingin dikucilkan oleh sesamanya.
Biasanya setiap orang rela untuk melakukan apapun agar dia tidak dikucilkan kelompok mereka. Termasuk hal burukpun yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip serta hati nuranipun terpaksa dilakukan agar dapat deiterima dan tidak dikucilkan kelompoknya. Untuk kalangan pebisnis, individu yang tidak mengikuti ”aturan main” para pebisnis pendahulunya sudah pasti akan dikucilkan yang berdampak terhadap usahanya yang sulit berkembang. Bahkan bisa jadi dikalangan tertentu apabila tidak mau ataupun tidak bersedia menerima uang korupsi, maka ia akan dikucilkan. Akhirnya timbulah pemikiran dari pada memegang prinsip kejujuran dan dijauhi sesama kelompok, maka lebih baik ikut korupsi, karena selain mendapat ”penghasilan” lebih, kita juga diterima sesama kelompok kita.
Tak disangka keinginan untuk tidak dikucilkan malahan membawa kita untuk melakukan apa yang tidak seharusnya kita perbuat. Sebagai orang – orang beriman kita juga terkadang dihadapkan oleh kenyataan demikian. Kita dihadapkan untuk ”menjual” Tuhan, atau dikuvilkan. Akhirnya kita memilih ”menjual” Tuhan agar kita tidak dikucilkan. Dunia ini adalah kehidupan sementara kita, janganlah kita memilih tidak dikucilkan manusia di bumi, namun kita tidak bisa masuk dalam kerajaan-Nya setelah kita meninggalkan dunia ini.
Penerimaan dunia berarti bisa jadi adalah penolakan kita akan ajaran dan perintah – perintah Tuhan. Janganlah takut dikucilkan sesama kita! Apalagi justru karena nama Tuhan kita dikucilkan!
”Berbahagialah kamu,
jika karena Anak Manusia orang membenci kamu,
dan jika mengucilkan kamu
............
sebab sesungguhnya
upahmu besar di Sorga.....”
Lukas 6:22-23
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment