Salah sasaran.
Seandainya perampok(pada gambar diatas) tidak menggunakan penutup wajah yang tertalu gelap, mungkin kejadian tersebut tidak akan terjadi. Perampok tersebut menodongkan pistolnya ke arah yang salah, sehingga usahanya pun sia-sia.
Manusia cenderung lebih mudah melihat kesalahan orang lain dibandingkan diri sendiri. Bahkan ironisnya terkadang kita salah melihat kesalahan orang lain, hanya karena “kain hitam” yang menutupi pandangan kita. “kain hitam” tersebut, bisa saja iri hati, perasaan dendam, ataupun sifat egois lainnya. Hal – hal tersebut akhirnya menutupi pandangan obyektif kita, dan yang terjadi kita selalu salah sasaran. Kita selalu menilai orang tersebut salah, padahal belum tentu dia yang bersalah. Kita memfokuskan pandangan kita karena ke orang tersebut, karena pandangan kita tertutup oleh penilaian – penilaian obyektif kita.
Bukan hal yang mudah untuk melihat seseorang secara obyektif apalagi orang tersebut pernah berbuat atau menyakiti kita. Perlu suatu sikap dewasa untuk memaafkan serta tidak mengingat-ingat lagi kesalahan mereka. Dalam keadaan seperti ini, kita membutuhkan bantuan Tuhan agar pikiran kita terlepas dari belenggu dendam. Mintalah kepada-Nya agar kita diberi hati yang lapang utuk memaafkan serta membuang jauh rasa sakit di hati. Sebagaimana kita mengampuni seseorang, kita pun akan diampuni, karena sebenarnya kita juga sering (sadar ataupun tidak) sering berbuat salah. Hati serta pikiran yang tenang akan membuat kita menilai dengan obyektif, serta akan terhindar dari salah sasaran dalam menilai seseorang.
Penglihatan kita janganlah terhalang apapun sebelum kita melakukan penilaian terhadap seseorang. Biasanya salah sasaran terjadi akibat kesalahan kita sendiri dalam “melihat”
“Mengapakah engkau melihat selumbar
Di dalam mata saudaramu,
Sedangkan balok di dalam matamu sendiri
Tidak engkau ketahui?”
Lukas 6:41
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment