"Mulut manis"
Gambar di atas adalah ilsutrasi
dari tentu bukanlah ilustrasi dari pameo “mulut manis” yang dimaksudkan. Mulut manis yang dimaksudkan adalah mulut
yang mengumbar – ngumbar pujian ataupun kata – kata indah yang sebenarnya tidak
tulus, sebab menyimpan makna tertentu dibalik kata – kata tersebut.
Kitap kerap kali memuji dengan
tidak tulus. Saat kita emmiliki
kepentingan dari lawan bicara kita, maka mudah saja mulut kita menjadi “manis”. Sebaliknya dikala kita berada “dibelakangnya”
maka gosip dan fitnah justru keluar dari mulut.
Atau kita berlebihan memberikan harapan serta iming – iming indah kepada
lawan bicara kita yang sebenarnya kita tahu hal tersebut tidak akan mudah
terwujud. Celakanya dalam pelayananpun “mulut
manis” masih sering kita gunakan dengan tujuan tertentu, misalnya agar jemaat
tidak mininggalkan Gereja, atau agar memenuhi target jemaat, atau agar jemaat
loyal dalam memberikan perpuluhan dan lain sebagainya.
Berbeda dengan itu, Rasul Paulus
justru memilih melayani dengan karakter Kristus. Sesuatu yang bagus akan mendapatkan
pujiannya, namun jika hal tersebut bertentangan dengan firman Tuhan, Dia akan
menegur sangat keras dan tidak takut kehilangan “popularitasnya”. Pelayanan Paulus jelas hanya untuk kemuliaan
nama Tuhan, dan sama sekali tidak ada maksud lain yang disembunyikannya. Lalu apakah pilihan kita saat ini? Tetap bermulut
manis demi disukai banyak orang? Atau berani tegas dan lantang demi kebenaran
firman Tuhan? Meskipun harus kehilangan
popularitas atau bahkan dipandang hina oleh orang lain?
Mulut manis yang mengeluarkan kata
– kata manis harus didasari dengan maksud hati yang manis pula, agar berujung
kepada hal – hal positif yang benar – benar berguna dan manis!
“Karena kami tidak pernah
bermulut manis
Hal itu kamu ketahui – dan tidak pernah mempunyai
Maksud loba yang tersembunyi – Allah adalah saksi – dan juga
Tidak pernah mencari pujian dari manusia,
...............................................”
1 Tesalonika 2 : 5 - 6
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment