Dilema Imlek
Tahun baru imlek identik dengan angpao, atau
amplop merah yang berisi uang. Kebiasaan
memberikan angpao menjadi moment paling dinanti pada saat imlek terutama bagi
anak – anak. Kumpul – kumpul keluarga
menjadi sarana untuk “mengais rejeki”, jadi intinya momen tersebut bukan untuk
memperkuat tali silahturami, melainkan untuk “menambang angpao”.
Bagi orang dewasa budaya memberikan angpao juga
bisa menjadi beban tertentu. Menjadi
beban oleh akrena harus mengeluarkan uang lebih untuk memberikan angpao. Akhirnya pemberiang angpao tersebut tidak
disertai dengan sukacita, sebab memberikan dengan setengah hati. Momen yang indah untuk memperkuat tali kasih
malah hanya akan menyuguhkan kasih yang pura – pura. Apakah anda pernah merasakan dilema tersebut? Menghormati
orang tua hanya demi angpao? Atau memberikan angpao hanya karena tuntutan saja!
Orang percaya juga banyak yang merayakan hari
raya imlek, dan ada juga sebagaian dari kita yang terjebak dalam paktek kasih
yang pura – pura terhadap sanak saudara maupun sessama sahabat yang merayakan
imlek. Orang percaya seharusnya bisa
menafaatkan momen kumpul – kumpul untuk berbagi kasih. Jangan ada unsur keterpaksaan ataupun unsur
mencari keuntungan sendiri. Kasih Tuhan
harus tersalur dengan murni, tanpa adanya embel – embel kegoisan diri! Senyuman serta sapaan kita yang kelihatan
hangat mungkin bisa menipu sesama manusia, namun tidak bisa menipun Tuhan!
Tuhan ingin agar kita mengasihi sesama dengan
sungguh – sungguh, seperti Tuhan mengasihi semua manusia ciptaan – Nya, tanpa
terkecuali apapun alasanya!
“Hendaklah
kasih itu jangan pura – pura!
Jauhilah
yang jahat dan lakukanlah yang baik”
Roma
1 2 : 9
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment