"Tradisi" saling menyalahkan
Kapan terakhir kita menyalahkan orang lain? Jawabanya bisa
jadi kemarin, atau jangan – jangan barusan saja kita menyalahkan orang
lain. Terlepas siapapun yang bersalah,
kita lebih suka menylahkan pihka lain dibandingkan mengoreksi diri
sendiri. Andai katapun benar orang lain
bersalah, kita merasa sangat berbahagia oleh karena tuduhan kita benar. Apakah kebiasaan tersebut sering kita lakukan?
Saling menyalahkan sudah menjadi “tradisi” dalam
kehidupan sehari – hari. Kita sulit
sekali mengakui ataupun menerima jikalau kita bersalah. Kita suka sekali “melempar”
tuduhan kepada orang lain. Celakanya
biasanya tuduhan – tuduhan kita akan terus berlanjut dari satu orang kepada
orang berikutnya, sebab secara naruli tidak ada yang mau dipersalahakan yang
ada hanya mau mempersalahkan.
Orang – orang percaya juga tidak jauh dari sikap yang
demikian. Sekalipun di lingkungan
Gereja, tetap saja sikap seperti itu masih saja sering terjadi. Firman Tuhan sebenarnya melarang keras sikap
saling menuduh ataupun saling menyalahkan.
Sifat seperti itu hanya akan membuat seseorang menjadi pengecut karena
tidak berani bertanggung jawab, intinya hanya melempar tanggung jawab. Jadi belajarlah untuk berani bertanggung
jawab, terlebih dari itu jika memang kita menemukan kesalahan orang lain,
janganlah menambah rasa bersalah mereka denngan tuduhan ataupun menyalahkan
secara agresif ataupun berlebihan.
Sebagai anak – anak terang, kita harus menjadi pendamai diantara sesama,
dan jangan memperuncing setiap permasalahan yang terjadidengan menuduh ataupun
saling menyalahkan)
Siapa yang gemar menuduh, berarti merasa diri paling
benar dan juga merasa dirinya hakim atas orang lain!
“Saudara –
saudara, janganlah kamu bersungut – sungut dan
Saling
menyalahkan, supaya kamu jangan dihukum
Sesungguhnya Hakim
telah berdiri di ambang pintu”
Yakobus 5 : 9
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment