Menahan amarah
bukan berarti mempunyai raut muka yang tenang.
Orang yang mempunyai raut muka tenang meskipun disakiti bisa juga marah
besar, hanya amarahnya disimpan di hatinya.
Amarah yang disimpan di hati apabila tidak segera diredakan, lama –
kelamaan akan meledak dan menyembur keluar juga laksana gunung meletus yang
telah lama menyimpan energi panasnya.
Kemarahan
memang tidak perlu diumbar akan tetapi sebenarnya tidak perlu ditahan – tahan juga
di dalam hati. Mengendalikan tidak cukup
pada permukaannya saja, akan tetapi amarah harus dikendalikan sepenuhnya sampai
pada kedalaman hati. Amarah yang terus
menerus berada di dalam hati manusia akan menyebabkan dosa yang lebih besar
dibandingkan amarah yang terungkapkan keluar.
Kemarahan tidak selamanya negatif, namun kemarahan yang dipendam sudah
pasti adalah hal negatif yang akan menimbulkan berbagai macam masalah ke depannya
nanti.
Orang – orang percayapun
kerap kali terjebak pada hal demikian, yaitu berusaha menahan amarah secara
fisik, namun kemudian menyimpan amarah di dalam hati yang berujung kepada
masalah psikis, seperti stres, pendendam, dan juga hal negatif lainnya. Pengkotbah menyatakan kita dilarang untuk
cepat menjadi marah, dan kelanjutannya adalah bahwa kita tidak perlu menyimpan
amarah di dalam hati! Bahkan pengkotbah
menyatakan bahwa mereka yang menyimpan amarah adalah orang bodoh. Jadi apakah anda cepat marah? Hal tersebut
adalah salah, dan lalu apakah anda tidak cepat marah, namun cepat mendendam? Hal
tersbut juga merupakan kesalahan besar!
Amarah di dalam
diri layaknya sebuah pisau, lalu apakah yang akan pergunakan dengan pisau
tersebut? Untuk meolong mempermudah kegiatan anda atau sebagai senjata untuk
melukai sesama?
“Jangan lekas –
lekas marah dalam hati,
Karena amarah menetap dalam dada orang bodoh”
Pengkotbah 7 : 9
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment