Wednesday, March 4, 2009

(ArBer) Kamu tidak diterima.


Kamu tidak diterima.



Toleransi akhir – akhir ini menjadi sesuatu yang langka. Rasa toleransi memang sangat subyektif sifatnya sehingga menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk menyeragagamkan rasa toleransi menurut seseorang dengan orang lainnya. Ada yang berpendapat bahwa rasa toleransi adalah melakukan apa saja asal tidak mengganggu pihak/kelompok lain, ada juga yang berpendapat bahwa toleransi berarti menghormati pihak lain, namun bukan berarti harus berhubungan dengan mereka serta ada juga yang mengatakan toleransi adalah sikap untuk tidak mendiskriminasikan pihak lain. Beberapa pendapat tersebut sudah membuktikan bahwa toleransi selalu mengkaitkan apa yang kita inginkan dan bukan keinginan pihak lain, apalagi jika toleransi sudah berhubungan dengan Suku, Agama, Ras dan antar golongan.


Tuhan sebenarnya tidak menciptakan manusai terlalu berbeda pada setiap penampilan fisiknya, namun hanya saja setiap manusia diberikan kemampuan yang berbeda – beda. Kemampuan berbeda –beda inilah yang menyebabkan manusia sangat egois serta cenderung superior terhadap manusia laiinya bahkan terkadang kita menganggap remeh orang lain hanya berdasarkan penilaian secara visual dan fisik(misalnya perbedaan warna kulit, rambut, bola mata, bentuk tubuh dan lain sebagainya).


Yesus sendiri sebenarnya pernah memberi ilustrasi tentang seseorang yang dirampok dalam perjalanan, namun tidak ada seorangpun yang menolong. Walaupun orang tersebut dilewati oleh iman dan orang lewi, namun akhirnya orang samarialah yang menolongnya(Lukas 10:33) dan lebih dari itu rang yang sudah di “cap”tidak baik ini justru merawat serta mngganti semua biaya penginapan. Pertanyaanya lalu bagaimana dengan seoran Iman dan orang Lewi itu?bukannya mereka adalah orang – orang yang di “cap” baik dan berhati mulia?lagi – lagi penilaian kita hanya pada luarnya saja, padahal toleransi sebenarnya bukan masalah menghormati dan tidak diskriminasi saja, namun toleransi harus menyentuh hal yang paling hakiki yaitu menerima segala keadaan orang lain yang kita anggap berbeda dengan lapang dada. Kasih selalu dimuai dengan perasaan dan kesiapan hati untuk menerima.


Dalam hal penerimaan tersebut kita harus mefokuskan pandangan kita bahwa setiap manusia diciptakan sama sesuai dengan gambar dan rupa Tuhan Sang Pencipta(kejadian 1:26). Jika kita mengatakan kita ingin mengasihi Tuhan, mulailah kita menerima perbedaan yang ada di sekitar kita dengan penuh kasih sehingga Tuhan memandang kita dan menerima kita di kerajaan – Nya.


“Dan apabila kamu hanya memberi salam

kepada saudara – saudaramu saja,

apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?

Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

Matius 5:47

GOD Bless u

No comments: