Jangan menambah utang!
Mulut memang mudah membuat janji,
namun belum tentu semua yang keluar dari mulut bisa atau m au dieujudkan. Janji selalu berkaitan dengan pihak lain,
namun juga bisa terhadap diri sendiri.
Apabila janji adalah utang, seudah berapa banyakkah utang kita kepada
diri kita sendiri?
Janji biasanya terucap untuk
menunjukkan kesungguhan hati seseorang untuk melakukan atau mewujudkan sesuatu
yang belum terjadi(mendatang, di masa depan).
Hanya saja terkadang seseorang mengucapkan janji bukan untuk ditepati,
melainkan untuk menyenangkan pihak lain.
Akhirnya yang terjadi adalah penagihan janji dari pihak yang dijanjikan
tersebut, jadilah janji itu seperti utang yang belum dibayar. Lalu bagaimanakah jika kita telah berjanji
pada diri sendiri namun belum ditepati? Atau kepada Tuhan?
Bangsa Israel pada perjanjian
lama juga dijanjikan berbagai berkat yang melimpah termasuk menempati tanah
perjanjian. Meskipun prosesnya sulit,
akan tetapi TUHAN tidak lalai dengan segala janji- Nya! Semua ditepati TUHAN sesuai dengan waktu-
Nya. Sebagai anak – anak Tuhan, kita
juga harus meneladani hal tersebut, yaitu untuk selalu berussaha menepati janji
yang telah terucap dari mulut kita, baik kepada orang lain diri sendiri atau
bahkan kepada Tuhan sekalipun! Hambatan mungkin banyak menghadang segala usaha
kita untuk menepati janji tersebut, namun demikian janji tetaplah utang yang
harus kita lunasi, bagaimanapun caranya.
Jadi dari pada kerap mengingkari janji lebih baik kita tidak mengumbar
janji atau dengan kata lain tidak memberikan harapan palsu!
Mewujudkan segala janji, sama
saja dengan menunjukkan bahwa sang pemberi janji adalah pihak yang dapat
dipercaya sepenuhnya!
“Dari segala yang baik
Yang dijanjikan TUHAN
kepada kaum Israel,
Tidak ada yang tidak
dipenuhi;
Semuanya terpenuhi.”
Yosua 21 : 45
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment