Kalau bisa sekarang, mengapa harus nanti?
Kecenderungan untuk menunda –
nunda, adalah kebiasaan buruk bagi kebanyakan orang. Dimulai dari menunda untuk bangun tidur,
menunda untuk mandi, menunda untuk berangkat beraktivitas sampai menunda untuk
beraktivitas dengan serius(menunda pekerjaan ataupun mengerjakan tugas). Sepanjang hari selalu ada kata “nanti” saat
mengambil tindakan.
Kemalasan adalah akar dari
penundaan segala sesuatu. Penundaan yang
berkepanjangan, akan melahirkan rasa cuek, lupa, dan ketidak pedulian. Akhirnya semua sifat buruk tersebut pastinya
akan mendatangkan kekesalan sesama manusia dan tentu juga Tuhan. Kita saja pasti akan merasa kesal apabila
melihat orang laing selalu menunda tugas dan wewenang yang harus dikerjakannya,
apalagi Tuhan?
Berjanji ataupun bernazar bagi
Tuhan tidaklah mendatangkan dosa. Dosa
hanya akan terjadi ketika seseorang sudah bernazar namun menunda – nunda untuk
mewujukannya, apalagi berkat yang diinginkan saat bernazar demi nama Tuhan,
sudah diterimanya. Apakah kita saat ini
juga dalam kondisi seperti itu? Menunda segala
hal yang bisa dikerjakan sama saja dengan kemalasan, dan kemalasan tentu
mendatangkan dosa. Lain cerita jikalau
apa yang kita janjikan belum bisa kita wujudkan oleh karena sebab – sebab tertentu. Akan tetapi jikalau itu memungkinkan, maka
tepatilah segera apa yang dikta janjikan atau nazarkan! Sebab manusia tidak
dapat mengatur waktu di dalam dunia, jangan sampai kita “kehabisan” waktu,
namun nazar kepada Tuhan belum bisa terwujud!
Jangan menjadi orang bodoh yang suka
menunda – nunda kewajibannya, namun selalu ingin memperoleh haknya sesegera mungkin!
“Kalau engkau bernazar kepada Allah,
Janganlah
menunda – nunda menepatinya,
Karena
Ia tidak senang kepada orang – orang bodoh
Tepatilah
nazarmu”
Pengkotbah
5 : 4
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment