Gambar di atas
cukup mengelitik, namun juga sangat amat bermakna. Bisa jadi banyak diantara kita yang seperti
itu, selalu memperhatikan komentar dari orang lain. Akhirnya kita hanya bertindak berdasarkan
kehendak orang lain, dan apa yang kita lakukan hanay untuk menyenangkan orang
lain.
Pada kitab
Raja – raja, Raja Hizkia pernah terjebak dalam ketakutan akan Raja Asyur. Raja Hizkia mengalami ketakutan hanya karena
perkataan juru minum dari raja Asyur.
Akhirnya kabar tersebutpun sampai kepada Nabi Yesaya yang akhirnya
menegur mereka dengan firman Tuhan yang mengatakan bahwasannya mereka tidak
perlu takut oleh karena perkataan juru minum Raja Ayur tersebut. Dari kisah itu ada banyak hal positif yang
dapat kita temukan dan salah satunya adalah mengapa kita lebih cenderung mendengarkan
sesama kita dibandingkan mendengarkan suara Tuhan Allah?
Mendengarkan
suara Tuhan Allah bukan berarti langsung mendengarkannya secara harafiah, namun
adalah berupa bisikan, ketidak tenangan hati ataupun perasaan yang berasal dari
dalam hati kita. Bisa jadi kesemuannya
itu(bisikan dalam hati, peringatan ataupun suara hati yang murni serta benar)
berasal dari Roh Kudus yang memang ada di dalam diri setiap orang percaya. Namun pertanyaanya hanyalah seberapa sering
kita mendengarkan suara hati nurani kita? Ataukah apakah kita benar – benar mau
mendengarkan suara atau tuntunan Roh Kudus? Atau bisa jadi kita lebih peduli
dengan perkataan orang disekeliling kita, tanpa mengujinya terlebih dahulu
dengan firman Tuhan?
Jangan terlalu
memperdulikan perkataan orang lain, jikalau kita belum benar – benar memperdulikan
perkataan Tuhan melalui firman- Nya!
“Berkatalah Yesaya
kepada mereka
Beginilah kamu katakan kepada tuanmu:beginilah firman
TUHAN
Janganlah takut terhadap perkataan yang kaudengar
Yang telah diucapkan oleh budak – budak daja Ayur untuk
menghujat Aku”
2 Raja - raja 19 : 6
GOD Bless u
No comments:
Post a Comment