Monday, March 15, 2010

(ArBer)Percaya kepada tangan siapa?


Percaya kepada tangan siapa?


Suatu hari di sebuah kerajaan, diadakan sebuah perlombaan memasak. Ada dua kerejaan yang saling berlomba untuk membuktikan makanan dari kerajaan siapa yang terbaik. Masing-masing kerajaan mengirimkan satu orang koki terbaik mereka untuk berlomba mengolah berbagai macam bahan mentah menjadi masakan istimewa. Pada saat lomba tersebut dimulai, koki dari kerajaan A, terlihat sibuk mengolah makanan, sedangkan koki dari Negara B, yang juga juara bertahan selama tiga tahun berturut-turut sebagi koki dengan masakan teristimewa mengolah makanan dengan santai sambil bernyanyi. Karena perlombaan tersebut disaksikan seluruh rakyat kerajaan, lalu kemudian ada yang bertanya kepada si koki B, “kenapa anda terlihat santai sekali dalam mengolah makanan, bagaimana jika waktu habis anda belum menghasilkan masakan yang lezat?”. Mendengar pertanyaan tersebut si koki menjawab dengan nada tinggi, ”saya sudah bias masak sejak kecil, karena bapak saya juga seorang koki terkenal, saya juga juara tahun lalu, dan satu lagi tangan saya sudah ditakdirkan terampil dalam membuat masakan, jadi percayakanlah semua ke dalam telapak tangan ini!” katanya sambil memamerkan telapak tangannya yang besar itu.


Waktu pun berlalu cepat, dan akhirnya selesailah lomba tersebut. Dari kejauhan sudah tercium harum aroma masakan yang dihasilkan ke dua koki tersebut. Setelah masakan tersebut dinilai oleh beberapa orang juri dari kedua kerajaan, maka di umumkanlah bahwa pemenang tahun ini, jatuh pada kerjaan A. Mendengar hal tersebut koki dari kerajaan B melakukan protes dan tidak percaya bahwa masakannya kalah lezat. Kemudian pimpinan juri kemudian menjelaskan bahwa cara memasak dan penyajian masakan mereka sebenarnya sama-sama menarik serta lezat, namun bahan-bahan mentah yang digunakan koki B, tidak sebaik bahan-bahan mentah dari koki A, hal itulah yang akhirnya membedakan sedikit rasa pada masakan tersebut.


Cerita tersebut mengandung makna penting bahwa kita tidak boleh sombong dengan kemampuan kita, atau apalagi mempercayakan segalanya kepada “tangan-tangan” tertentu. Walaupun sebenarnya “tangan-tangan” tersebut tampaknya sangat ahli/professional, namun tanpa uluran tangan Tuhan, hasilnya tetap saja berbeda. Hal tersebutlah yang terjadi pada koki B tersebut, walaupun tangannya sangat terampil, namun bahan-bahan mentah yang merupakan hasil bumi tidak bagus, maka rasa masakannyapun tentunya berubah. Belajarlah seperti raja Daud, yang walaupun dia seorang pahlwan yang dikarunia kemampuan berperang, tapi tetap menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan!


Jangan mempercayakan tangan kita atau tangan orang lain utuk melakukan sesuatu, sebelum kita mempercayakan semuanya ke dalam kuasa tangan Tuhan!


“……biarlah kiranya

kita jatuh ke dalam tangan TUHAN

sebab besar kasih sayang-Nya;

tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia”

2 Samuel 24:14


GOD Bless u

No comments: