Sunday, January 31, 2010

(ArBer)Mau, dijadikan umpan?


Mau, dijadikan umpan?


Untuk mendapatkan ikan besar pada saat memancing kita harus pandai-pandai memilih umpan. Umpan yang kecil dan kurang menarik tentunya akan memaksa kita sukar medapatkan ikan. Ikan akan mudah memakan umpan, apabila umpan kita terlihat menarik. Jika kita perhatikan Gambar diatas, bisa jadi itu adalah kenyataan, mungkin dengan umpan manusia, wanita tersebut bisa mendapatkan ikan yang besar.


Menggunakan umpan yang bagus untuk mendapatkan buruan kita, memang sudah lazim terjadi dalm kehidupan sehari-hari. Bagi para pebisnis, bukanlah hal baru untuk menjadikan seseorang “umpan” agar tercapai “deal-deal” tertentu yang akan membawa banyak keuntungan. Menurut mereka selalu diperlukan pengorbanan untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Awalnya masih “mengorbankan” orang lain, namun jika keadaan sudah tidak memungkinkan, keluarga sendiripun bisa dikorbankan demi keuntungan, ataupun nama baik. Fenomena – fenomena seperti itu memamang kerap terjadi di dalam dunia yang sudah bobrok seperti ini. Ornag tua terkadang merelakan anaknya untuk dijadikan “wanita tuna susila” demi membayar utang mereka. Begitu juga terkadang seseorang rela mengorbankan sahabat terbaiknya demi harta atau benda-banda mati yang dianngap bernilai tinggi. Kasih sepertinya bukan menjadi tempat teratas dalam kehidupan ini, selalu ada pengecualian untuk menunda atau melanggar hukum kasih.


Mulai saat ini kita harus banyak berdoa kepada Tuhan agar bisa lebih dekat lagi dengan-Nya. Hanya dekat denagan-Nya kita akan terbebas dari rasa memiliki yang lebih banyak didalam dunia ini. Sebenarnya memang hal tersebut tidak menjadi masalah, akan tetapi terkadang rasa memiliki yang terlalu besar akan hal-hal dunia ini akan memaksa kita memperlakukan orang lain menjadi “umpan” untuk dikorbankan demi apa yang kita cari. Jadi batasilah dirimu dalam mengingini segala sesuatu didunia ini! Janganlah menginginkan yang lebih dari kemampuan yang bisa kita beri, agar tidak memperlakukan orang lain sebagai “umapn” yang siap dikorbankan!


Jika kita tidak bersedia dijadikan “umpan” untuk kepentingan orang lain, maka janganlah mencari “umpan” sesamamu untuk kenikmatan kita pribadi!


“Maka sekarang, kami ini dalam tanganmu;

Perlakukanlah kami

seperti yang kau pandang baik dan benar

untuk dilakukan kepada kami”

Yosua 9:25


GOD Bless u

Saturday, January 30, 2010

(ArBer)Siapapun bisa terpeleset


Siapapun bisa terpeleset


Permukaan es adalah permukaan yang sanagt licin, apabila tidak hati-hati, maka siapapun akan terpeleset jatuh. Bahkan pada gambar diatas, sekor beruang kutub yang notabennya adalah binatang yang terbiasa hidup dalam lingkungan tersebut pun masih bisa jatuh terpeleset.


Seseorang yang ahli dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu, belum tentu memnbuatnya lolos dari kesalahan – kesalahan kecil. Contoh sederhananya adalah walalupun semua manusia sudah mulai menguyah mkanan sejak umr 2 tahun, tetap saja sekali – sekali manusia bisa menggigit lidahnya secara tidak sengaja pada saat mengunyah. Kegiatan – kegiatan yang sudah terbiasa kita lakukan justru terkadang membuat kita kurang teliti,sehingga terkadang timbul kesalahan – kesalahan kecil.


Hal tersebut juga terjadi dalam lingkungan Gereja. Meskipun tidak terjadi di semua gereja, namun terkadang ada pelayan – pelayan Tuhan yang “terpeleset” justru dalam bidang yang sudah terbiasa dilakukannya. Misalnya ada oknum Pendeta yang dalam kotbahnya, sering menjelekkan orang lain atau jemaatnya sendiri. Berkotbah dan berbicara mungkin sudah menjadi santapan setiap hari seorang hamba Tuhan(pendeta), namun karena setiap harinya selalu memberikan contoh-contoh teladan dia terkadang lupa, bahwa dia terlalu banyak memberikan contoh dari pengalaman hidupnya sendiri. Memang hal tersebut tidaklah salah, namun bagi orang awam, hal tersebut akan dinilai sebagai sikap narsis yang selalu membanggakan diri sendiri.


Apapun yang sering kita lakukan secara berkala setiap hari, tentu bukanlah jaminan bagi kita untuk bebas dari kesalahan atau “terpeleset”. Belajarlah untuk tidak meremehkan paa yang akan kita kerjakan, apalagi berhubungan dengan hal yang sudah terbiasa kita kerjakan. Mintalah hikmat serta kebijiksanaan dari Tuhan agar kita diberikan kemampuan berkonsentrasi serta lebih bersungguh-sungguh terhadap apa yang kita lakukan, meskipun hal tersebut hadalah hal mudah yang sudah terbiasa kita lakukan. Hanya dengan bersungguh-sungguh melakukan hal sekecil apapun, kita akan terhindar dari kesalahan.


Papan larangan pada gambar diatas sebenarnya berlaku bagi semua pihak, baik mereka yang baru atau yang sudah terbiasa berjalan di atas salju.


“…..Tetapi kami menasihati kamu,

saudara-saudaraku, supaya kamu

lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya”

1 Tesalonika 4:10


GOD Bless u

Friday, January 29, 2010

(ArBer)Pasti terdengar


Pasti terdengar


Handphone generasi pertama masih sangat sederhana. Fungsinya kurang lebih sama dengan telepon rumah biasa, hanya saja kelebihannya handphone tidak perlu menggunakan kabel. Pada perkembangannya handphone sudah menawarkan berbagai fungsi, salah satunya adalah “loudspeaker”. Fitur ini berfungsi untuk memperbesar suara dari handphone, agar terdengar lebih jelas. Bukan hanya jelas akan tetapi suara dari handphone ini bisa terdengar samapai jarak sekitar 2 samapai 3 meter jauhnya(tergantung merek handphone)


Berhubungan dengan hal tersebut, apakah kita pernah merasa bahwa suara kitajarang didengarkan atau terdengar? Misalnya pada saat kerja kelompok bersama-sama teman sekolah, kita sering memberi masukan, namun tidak pernah ditanggapi. Terkadang pada saat kita berbicara panjang lebar, tetapi kita diminta mengulanginya karena suara kita tak terdengar atau tak jelas. Hal – hal tersebut tentu saja membuat kita jengkel, sakit hati ataupun sebal. Belum lagi yang paling mengecewakan kita adalah ketika kita berdoa meminta pertolongan Tuhan, akan tetapi doa kita sepertinya tidak didengar Tuhan.


Tuhan tidak mungkin tidak mendengar segala keluh kesah kita. Dia mempunyai pendengaran yang lebih hebat dari apapun, bahkan kita tidak perlu mengaktifkan “loudspeaker” hanya untuk didengarkanya segala permintaan kita. Satu hal yang harus kita lakukan sebelum menuntuk didengarkannya suara permintaan kita adalah, apakah kita sudah hidup layak dan berkenan dihadapan-Nya? Tuhan pasti mendengar segala keluh kesah serta permintaan yang keluar dari mulut kita, namun hal tersebut bukan berarti Dia harus selalu memberikan jawaban sesuai dengan keinginan kita.


Doa kita pasti terdengar oleh Tuhan, karena Dia selalu dekat dengan kita.


“Aku tahu, bahwa Engkau

Selalu mendengarkan Aku….”

Yohanes 11:42


GOD Bless u

(ArBer) Terlalu banyak mengatur.


Terlalu banyak mengatur.


Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk dapat memimpin suatu organisasi atau kelompok tertentu. Tidak mudah juga bagi setiap orang untuk mencapai tinkatan tersebut. Dibutuhkan kerja keras dan integritas tinggi untuk menjadi pemimpin. Walaupun sulit untuk menjadi seorang pemimpin, akan tetapi tidak semua orang yang telah mendapatkan jabatan tersebut mampu untuk mengembannya.


Seorang peimipin biasanya suaranya akan sangat didengarkan oleh pengikutnya. Ironisnya momen tersebut banyak disalah gunakan para pemimpin. Biasanya seorang pemimpin yang merasa sangat dibutuhkan justru bertindak sesukanya. Merasa pasti akan didengarkan biasanya pemipin suka untuk mengatur bawahannya. Mengatur bawahan buaknlah hal buruk, namun tanpa metode yang baik hal tersebut akan menjadi sia-sia.


Sebagai pemimpin kita harus menjadi contoh dan teladan bagi mereka yang telah mempercayakan kita. Janganlah kita mengatur bawahan kita, sedangkan kita sendiri tidak menunjukkan bahwa kita juga dapat kerja teratur sesuai dengan sitem yang diterapkan bersama. Terlalu banyak mengatur, juga bisa menyebabkan bawahan kita menjadi kurang kreativitas bahkan tidak sedikit bawahan yang justru kesal akan sikap kita. Memang tidak gampang untuk bisa menjadi pemimpin yang dihiormati, namun jika kita mau berserah den beriman kepada Tuhan, maka Dia pasti akan membentuk kita menjadi pemimpin yang baik. Untuk menjadi seorang pemimpin yang bisa dihormati, kita tidak memerlukan banyak perintah yang keluar dari mulut, akan tetapi cukup dengan menunjukkan sikap serta perbuatan.


Terlalu banyak mengatur tidak membuat kita banyak dibutuhkan!


“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran

tetapi siapa menahan bibirnya,

berakal budi”

Amsal 10:19


GOD Bless u

Wednesday, January 27, 2010

(ArBer)Tetangga yang tidak akur.


Tetangga yang tidak akur.


Semakin kompleks kehidupan peradaban manusia akan membuat manusia semakin banyak meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Seorang yang bekerja membutuhkan ketenangan dalam kesendirian agar bisa lebih berkonsenterasi. Bayangkan apa yang terjadi apabila jam kerja atau beraktivitas berkisar 8-12 jam? Maka kesempatan untuk bertemu orang lain ataupun bersosialisasi akan menjadi suatu hal yang langka.


Tidak heran didalam kehidupan perkotaan seperti saat ini, banyak sekali penghuni suatu rumah atau apartermen yang tidak kenal dengan tetangga sebelah kanan atau kirinya. Padahal jarak tempat tinggal mereka berdekatan. Penyebabnya sudah dapat dipastikan adalah karena kesibukan para penghuni tersebut dalam aktivitas mereka. Pergi pagi dan pulang menjelang malam akan membuat seseorang untuk malas bersosialisai dengan tetangga, karena mereka juga membutuhkan istirahat sebelum memulai aktivitas untuk keesokan harinya. Tidak saling kenal merupakan bentuk torelansi paling tinggi pada kehidupan moderen di perkotaan, karena bukan hal yang langka lagi kalau sesama tetangga saat ini banyak timbul persaiangan atau bahkan saling menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.


Sebagai orang percaya, kita harus bisa mensyukuri dimanapun kita ditempatkan. Kita tak mungkin menemukan keadaan sempurna dalam lingkungan kita, dimana tetangga – tetangga bisa saling akur. Oleh karenanya kita sendirilah yang harus mewujudkan kesempurnaan tersebut dengan kasih yang Tuhan ajarkan kepada kita. Mungkin tetangga kita iri atau tidak senang dengan keberadaan kita, namun hal tersebut jangan kita jadikan ukuran untuk bersikap tidak akur dengan mereka. Lihatlah hal tersebut sebagai suatu kesempatan untuk mengenalkan kasih Tuhan yang sempurna.


Untuk mendapatkan tetangga yang baik, jadilah dahulu tetangga yang baik bagi siapa saja yang tidak senang dengan anda.


“…..Hiduplah selalu dalam damai

seorang dengan yang lain”

1 Tesalonika 5:13


GOD Bless u

(ArBer)Jangan anggap remeh!


Jangan anggap remeh!


Sudah bukan rahasia lagi, apabila kebanyakan kita selalu memberikan penilaian dari tampilan fisik. Jarang diantara kita yang masin inigin melanjutkan interaksi apabila kita telah memberikan “cap” tertentu terhadap orang yang baru saja kita jumpai. Tetapi coba sejenak kita perhatikan gambar diatas! Gambar diatas bisa jadi mematahkan banyak anggapan orang.


Sebagai seoang pelayan Tuhan, mungkin kita sering terjebak dalam fenomena tersebut. Kita pandai dan mudah bergaul dengan jemaat yang “selevel”, sedangkan mereka yang hidup sederhana(maksudnya ke Gereja dengan pakaian sedaanya tetapi sopan) jarang mendapat perhatian kita. Padahal belum tentu mereka yang kita anngap “selevel”dengan kita mempunyai niat yang tulus dalam beribadah, bisa jadi mereka hanya memanfaatkan gereja sebagai ajang sosaialisasi mereka. Tuhan Yesus memberi contoh nyata, bahwa Dia tidak menilai seseorang hanya dari tampak fisik ataupun cap-cap buruk dari masyarakat, dengan menumpang di rumah pemungut cukai(zakheus) serta membiarkan seorang Pelacur menminyaki kaki-Nya(Maria Madgalena).


Belajarlah untuk tuidak membeda-bedakan orang, apalagi jika kita belum mengenal mereka lebih dalam orang tersebut. Jangan terlalu cepat menagmbil kesimpulan, karena hal tersebut justru menghambat kita untuk mengenal orang lain lebih dalam lagi. Terapkanlah teladan Yesus, yang memberikan kasih serta menilai semua orang sama, meskipun mereka bersalah atau berbuat dosa terhadap-Nya. Dalam pelayanan pandanglah semua jemaat sebagai saudara – saudara kita yang semuanya sederajat di hadapan Tuhan.


Jika kita memandang remeh bajaj,(pada gambar diatas) maka bisa jadi kendaraan kita yang diremehkan.


“Janganlah memandang rendah

Saudaramu….”

Obaja 1:12


GOD Bless u

Tuesday, January 26, 2010


meta name="ProgId" content="Word.Document">

Semangat Spartan


Film 300 banyak memberikan insipirasi dalam hidup ini. Bagaimana tidak seorang pemimpin berani menuju medan perang hanya dengan 300 prajurit, sedangkan musuh yang dihadapi berjumlah puluhan ribu. Walaupun ending dari cerita tersebut menggambarkan kekalahan dari pasukan Leonardis, tetap saja keberanian dan tekad mereka membakar semangat prajurit serta rakyat Spartan untuk mempertahankan wilayahnya dari jajahan bangsa lain.


Jumlah yang banyak memang tidak selamanya menjadi jaminan dalam suatu pertempuran. Dibutuhkan semangat, taktik serta perhitungan yang matang. Kelompok yang lebih kecil namun menguasai kondisi medan pertempuran akan mudah untuk memenangkan peperangan walupun lawan yang dihadapi berjumlah besar. Intinya kuantitas tidak selalu lebih baik dari kualitas, butuh kombinasi keduanya agar terwujud keseimbangan.


Dalam kehidupan ini, kita juga terkadang “kalah” dengan jumlah yang lebih banyak. Walaupun terkadang kita dalam posisi yang benar, namun jikalau mereka yang jumlahnya lebih banyak bersalah, kitapun kemudian ikut menjerumuskan diri. Bukan hal yang aneh lagi apabila terdapat korupsi yang dilakukan secara “berjamaah” oleh suatu intitusi pemerintahan tertentu. Biasanya kita menggunakan alasan bahwa; “tidak enak, dipaksa, demi kebersamaan, sampai dari pada dikucilkan mendingan ikut aja”


Memang bukanlah hal mudah untuk mempertahankan prinsip hidup kekristenan di tengah dunia yang fana ini. Jumlah kita yang beriman memang bukan apa dibandingkan mereka yang memmilih kesenangan dunia ini. Akan tetapi sebenarnya itu bukan alas an bagi kita untuk “menyerah” serta begabung bersama mereka. Teteplah berdiri teguh, dengan terus menguatkan iman kita didalam-Nya, walaupun jumlah kita lebih sedikit, kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang lebih besar dari mereka penikmat dunia ini yang jumlahnya lebih banyak.


Jika kita ditopang oleh kekuatan yang besar, sebanyak apapun lawan, tidak akan membuat kita tawar hati. Jadi tetaplah bersemangat!


“Yang menyertai dia adalah tangan manusia,

Tetapi yang meyertai kita adalah TUHAN,

Allah kita, yang membantu kita

Dan melakukan peperangan kita……”

2 Tawarikh 32:8


GOD Bless u

Sunday, January 24, 2010

(ArBer)Tidak bersungguh – sungguh.


Tidak bersungguh – sungguh.


Pemadam kabakaran diatas adalah salah contoh yang tak pantas ditiru. Dalam keadaan yang genting seperti itu, dia masih bisa dengan santai dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Terlepas gambar tersebut kenyataan ataupun bukan, kelalian tersebut sering kali juga menghampiri kehidupan kita.


Setiap manusia pasti pernah merasa bosan. Baik dalam bekerja, sekolah, kuliah ataupun aktivitas lainnya. Apabila sudah bosan, biasanya mood kita untuk melakukan segala sesuatu juga akan berkurang. Akhirnya walaupun kita melakukan kegiatan akan tetapi kita tidak maksimal melakukannya/tidak bersungguh-sungguh/tidak sepenuh hati.


Hal tersebut juga terkadang terjadi didalam Rumah Tuhan, terutama bagi kita yang mengambil pelayanan tertentu. Misalnya pada saat kita menjadi penerima tamu, kita tidak menyalami jemaat yang datang dengan senyum, oleh karena terlalu capai memberikan senyum kepada jemaat yang datang untuk beribadah berjumlah ratusan. Mungkin hal tersebut belum begitu memprihatikan, karena ada beberapa pelayan Tuhan yang malas mengajar sekolah minggu oleh karena jumlah anak sekolah minggu yang tidak banyak Jangankan di Gereja di rumah terkadang kita sendiri tidak bersungguh-sunguh mengajar adik atau keponakan kita yang masih kecil, hanya karena mereka sulit diatur atau mengikuti instruksi kita.


Banyaksekali faktor yang mempengaruhi mood kita, namun sebenernya hal tersebut bisa kita kendalikan. Pada saat kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain kita jangn terfokus pada hasilnya akan tetapi pada kesungguhan hati kita untuk membuat mereka bisa/berhasil. Jika kita bersungguh-sungguh ingin melihat keberhasilannya, maka sebenarnya tida ada alasan untuk mengajarnya dengan setengah hati.


Segala sesuatu yang dilakukan dengan sungguh – sungguh akan, mendapat perhatian dari TUHAN, dan tentunya DIA akan memberkati kita dengan hasil yang lebih baik juga


“Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan

dalam berbuat baik.

Hendaklah engkau jujur

Dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu”

Titus 2:7


GOD Bless u

Saturday, January 23, 2010

(ArBer)Tidak pilih kasih.


Tidak pilih kasih.


Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa tidak semua orang yang masuk dalam penjara mendapatkan perlakuan yang sama. Ternyata ada beberapa tahanan yang mendapatkan tempat yang disertai fasilitas mewah layaknya di rumah sendiri. Sungguh ironis, namun terkadang kita juga tidak terlepas dari kebiasaan pilih kasih.


Sebagai seorang tua terkadang kita memilih kasih. Bsagi anak-anak yang berprestasi atau penurut,kita akan memberikan apresiasi lebih. Guru juga acap kali memilih kasih dengan lebih memerhatikan anak – anak yang biasa duduk di bangku depan. Bahkan polisi secara jelas juga melakukan pilih kasih, dimana saat mobil – mobil dengan plat tertentu(AD, AL, atau AU) melanggal lalu lintas, mereka di biarkan berlalu begitu saja. Hal seperti in mungkin juga sudah mendarah daging di kehidupan kita, oleh karenanya kita sangat – sangat berharap pimpinan tertinggi Negara ini tidak pilih kasih dalam mempbrantas kejahatan korupsi.


Tuhan Yesus sebenarnya telan memberikan contoh teladan pada saat perjamuan bersama dengan ke – 12 murid-muridnya. Walaupun Dia sudah mengetahui siapa yang akan menyangkal ataupun menghianatinya, Dia tetap saja merendahkan diri dengan membasuh semua kaki murid-murid-Nya tersebut tanpa terkecuali. Perlakuan tersebut emmang seharusnya tidak layak diterima Rasul Petrus dan Yudas Iskariot, namun Tuhyan Yesus menagambil prespektif berbeda untu mengajarkan murid – murid-Nya tentang kebersamaan, kerendahan hati serta kasih yang sama rata.


Apakah kita termasuk dalam mereka yang sering pilih-pilih kasih? Atau bisa jadi kita sendiri sudah terbiasa menikmati kesenangan di balik pilih kasih yang kita terima? Memang agak sulit untuk menghilangkan sifat tersebut, akan tetapi kita mempunyai Tuhan yang maha adil yang bahkan rela mati bagi mereka yang menghina-Nya. Berdoalah minta serta Tuhan untuk mengajarkan keadilan-Nya kepada kita agar kita bisa mempraktekkan kasih yang sama rata kepada sesama kita.


Gambar di atas menunjukkan bahwa binatang ssaja ingin diperlakukan sama, apalagi kita yang adalah makhluk sempurna ciptaan Tuhan?jadi mulai saat ini jangan pilih kasih lagi!


“Kemudian tuan itu

menyuruh pula hamba-hamba yang lain,

labih banyak dari pada yang semula,

tetapi merekapun diperlakukan sama seperti

kawan-kawan mereka”

Matius 21:36


GOD Bless u

Friday, January 22, 2010

(ArBer)Tidak selamanya “lebih cepat lebih baik”


Tidak selamanya “lebih cepat lebih baik”


Waktu dalam dunia ini memang tidak mungkin dihentikan walaupun dalam hitungan detik. Bumi terus berputar dan waktu akan terus berjalan. Meskipun demikian hal tersebut tidak berarti manusia hidaup dalam alur perputaran waktu dunia. Tetep saja manusia mempunyai hak untuk mengatur atau menentukan 24 jam waktu yang tersedia di dunia ini.


Akhir – akhir ini, waktu sepertinya sudah menjadi “komoditas” utama dalam berbisnis. Waktu satu detikpun yang disia-siakan akan membawa kerugian materi yang besar. Sampai dalam hal bebicarapun selalu diusahakan secepat mungkin agar tidak membuang waktu. Hal tersebut bisa kita temui, pada saat kita bertemu sales-sales pada saat kita berjalan di mall. Kebanyakan mereka menawarkan barang ataupu kartu kredit tertentu dengan kata yang terburu-buru atau cepat, sedikit reaksi tubuh kita untuk menolak akan membuat mereka cepat berpaling dari kita untuk menuju pengunjung lainya. Dengan kata – kata yang tertata rapi dan pelan saja belum tentu pengunjung mall tersebut tertarik akan produk yang ditawarkan sales tersebut, apalagi dengan kata-kata yang terlalu cepat?


Kita sebagai orang-orang Kristiani juga seharusnya mewaspadai hal seperti itu. Pada saat kita berjumpa dengan orang yang belum mengenal Tuhan, kita harus sepelan mungkin dengan hati – hati jika ingin memberikan kesaksian atau pengenalan akan firman Tuhan. Janganlah sekali – kali kita membuat target untuk memenangkan jiwa, karena target tersebut akan mendorong kita untuk bergerak “lebih cepat” untuk menjangkau mereka, walaupun terkadang metode kita tidak tepat. Memenangkan jiwa diperlukan kesabaran dan ketekunan, serta yang paling utama adalah campur tngan Tuhan, oleh karena itu kekuatan doa sangat menetukan keberhasilannya. Perkataan yang keluar dari mulut kita secara perlahan namun bebrobot, lebih baik dari pada maksud kita untuk membuat mereka cepat mengenal Tuhan. Segala hal yang dilakuakan dengan cepat, belum tentu selesai dengan tepat waktu, namun apabila dilakukan dengan perlahan secara konsisten bisa jadi akan selesai lebih cepat!


Mobil yang dikendalikan dengan kecepatan tinggi belum tentu bisa sampai tempat tujuan, akan tetapi mobil yang dikendalikan perlahan suatu saat pasti akan sampai juga!


“Kaulihat orang yang

Cepat denagan kata-katanya;

Harapan lebih banyak bagi orang bebal

Dari pada bagi orang itu”

Amsal 29:20


GOD Bless u

Thursday, January 21, 2010

(ArBer)Tidak perlu teropong Night Vision.


Tidak perlu teropong Night Vision.


Dua orang remaja yang sedang berjalan di sebuh perdesaan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Kedua remaja tersebut terpaku pada saat melihat sebuah nangka berukuran besar yang sudah terlihat matang. Timbullah keininan mereka untuk mersakan kenikmatan buah tersebut. Saat itu memang sudah sore hari,oleh karena itu mereka menunggu datangya malam hari agar bisa menjalankan aksinya utuk mengambil buah tersebut. Setelah hari menjelang gelap keduanya pun menjalankan aksinya, satu orang berusaha memanjat pohon sedangkan yang lainya siap menunggu buah tersebut dijatuhkan. Setelah beberapa saat pemuda tersebut berhasil meraih buah tersebut dan berusaha memotong tangkainya. Setelah putus buah tersebut pun jatuh. Saat buah tersebut jatuh itulah, awal terjadinya musibah. Pemuda yang dibawah nampaknya kesulitan untuk menangkap buah tersebut karena hari yang sudah gelap. Akhirnya buah tersebut menimpa wajah pemuda yang dibawah, lalu jatuh kebawah dengan kondisi terbelah pada bagian kulitnya. Isi dari buah tersebutpun berceceran keluar. Pemuda yang tertimpa kesakitan tersebut berteriak kesakitan, dan akhirnya sang kawan dengan cepat bergerak turun ke bawah. Karena terburu-buru serta malam yang gelap, pemuda tersebut tidak menyadari bahwa dibawah pohon terdapat banyak isi buah nangka yang berceceran, akhirnya pemuda tersebut terpeleset. Buah yang diinginkan tidak didapat, yang terjadi justru kedua pemuda tersebut merintih menahan sakit. Warga yang mendengar suara kegaduha pun berdatangan menuju lokasi sumber kegaduhan tersebut. Wargapun menolongke dua pemuda tersebut, lalu seorang warga bertanya kepada mereka, “mengapa mereka berniat mencuri?apakah tidak takut dengan sang pemilik pohon?” Lalu selahsatu dari mereka menjawab, “kami tida takut dengan pemiliknya karena memang kami kerja di kebunnya, paling tuan kami akan memotong gaji kami”. Mendengar jawaban tersebut warga kebingungan, dan salah satu dari mereka bertanya lagi”lalu apa yang menyebabkan kalian ingin mencuri di malam hari seperti ini? Kemudian pemuda tersebut menjawab dengan perlahan “kami takut ketahuan Tuhan kami”


Walaupu hal tersebut sepele, akan tetapi kita juga sering melakukan perbuatan seperti kedua pemuda dia atas. Dengan berbagai dalih kita beusaha “menyembunyikan” dosa ataupun kesalahan kita. Kita lupa bahwa sebenarnya mata Tuhan ada dimana-mana. Mulai saat ini, hiduplah dengan penuh kejujuran, bukan saja dihapdapan manusia, akan tetapi jujurlah juga di hadapan-Nya.


Tuhan tidak memerlukan teropong Night Vision untuk melihat perbuatan kita di tempat gelap. Dimana saja dosa tersebut dilakukan Tuhan pasti mengetahuinya!


“Dan tidak ada suatu makhlukpun

yang tersembunyi dihadapan-Nya

Sebab segala sesuatu terlanjang dan terbuka

di depan mata DIA

yang kepada-Nya kita harus memberikan

pertanggungan jawaban”

Ibrani 4:13


GOD Bless u

Tuesday, January 19, 2010

(ArBer) Hidup untuk makan atau makan untuk hidup?


Hidup untuk makan atau makan untuk hidup?


Makanan adalah kebutuhan utama yang tak bisa diabaikan. Setiap mahkluk hidup tentunya membutuhkan makanan tidak terkecuali manusia. Untuk memperoleh makanan setiap mahkluk hidup harus berjuang dengan berbagai cara. Ada yang dengan berburu, bercocok tanam, sampai dengan bekerja kantoran, segala usaha tersebut dilakukan hanya demi untuk mendapatkan makanan yang diperlukan tubuh. Makan memang dibutuhkan untuk kelanjutan hidup kita, namun apabila makanan menjadi fokus utama dalam hidup ini, tentunya hal tersebut adalah keliru.


Banyak sekali diantara kita yang terkadang “lepas kontrol” pada saat menikmati makanan. Jika kita disajikan makanan yang sangat lezat tanpa harus membayar, kita pastinya akan berusaha melahap makanan sebanyak mungkin, tanpa memperhatikan kemampuan perut dalam menerima makanan. Belum lagi bagi kita yang sudah terbiasa sibuk dengan pekerjaan, yang biasanya hanya memiliki waktu tidak banyak dalam menyantap makanan. Waktu makan yang tidak banyak biasanya memaksa kita untuk menyantap fast food atau junk food, yang tentunya bernilai gizi rendah. Bahakan yang memprihatinkan ada juga diantara kita yang mempunyai hobi makan, sehingga menderita obesitas.


Makanan memang penting bagi tubuh kita, akan tetapi gizi serta porsinya juga harus diperhatikan. Dunia ini memang banyak menawarkan makanan – makanan lezat yang tiada habisnya, akan tetapi belum tentu makanan tersebut berguna bagi tubuh kita. Ingtlah akan satu hal bahwa tubuh ini adalah Bait Allah, maka segala makanan yang masuk haruslah makanan yang bergizi serta serta sesuai dengan kebutuhan tubuh ini.


Untuk mendapatkan makanan kita harus berusaha dan bekerja, oleh karena itu pastikanlah makanan yang kita dapatkan tersebut berguna bagi hidup kita saat ini serta hidup yang akan datang.


“Bekerjalan, bukan untuk makanan yang dapat binasa,

melainkan untuk makanan yang bertahan

sampai kepada hidup yang kekal….”

Yesaya 6:27


GOD Bless u

Monday, January 18, 2010

(ArBer)Tempat untuk mencari jawaban


Tempat untuk mencari jawaban


Perkembangan teknologi telah membawa kemajuan dalam peradaban manusia. Kehidupan manusia sudah menjadi semakinn baik dari hari ke hari. Beberapa tahun yang lalu kita masih emnggunakan “buku kuing” untuk mencari alamat ataupun no telpon tertentu, namun saat ini kita tak perlu lagi repot membaca lembaran demi lembaran buku tebal tersebut. Melalui internet, kita cukup menekan tombol enter atau klik pada mouse maka semua yang diperlukan akan terpampang di layer kaca monitor anda.


Perkembangan yang lebih spektakuler lagi adalah pada situs google. Situs ini bisa membantu kita mencari apa saja, bahkan situs ini juga bisa menampilkan ribuan artikel yang berisi jawaban dari pertanyaan yang kita ketik pada situs ini. Tidak heran situs ini sekarang menjadi situs nomor satu yang paling banyak diakses oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa situs tersebut adalah kepercayaan/agama baru di dunia ini. Apabila segala pertanyaan dalam dunia ini bisa dijawab oleh situs google, apakah situs ini juga bisa menjawab apa yang akan terjadi setelah kita tidak lagi eksis di dunia ini(meninggal)?


Banyak hal memang bisa dicari dalam situs buatan manusia tersebut, tetapi tetap saja ada yang tidak dapat mereka temukan. Sebagai contohnya google tidak akan menjelaskan secara jelas tentang kasih, iman, surga ataupun mukzizat Tuhan. Jika segala kegaiatan duniawi yang ingin kita cari, mungkin situs tersebut bisa membantu anada, namun jika pertanyaanya seputar tentang kasih dan kehidupan kekal bersama Tuhan, hanya Gereja yang mampu membantu kita semua menemukan jawabannya.


Didalam gereja kita tidak hanya bisa mencari jawaban tentang bagaimana hidup dalam dunia ini, akan tetapi kita juga akan mengetahui bagaimana kita dapat layak hidup kekal bersama-Nya


“Aku bersukacita,

ketika dikatakan orang padaku:

Mari kita pergi ke rumah TUHAN”

Mazmur 122:1


GOD Bless u

Saturday, January 16, 2010

(ArBer)Berhasil menyembunyikan diri.


Berhasil menyembunyikan diri.


Kucing tersebut(gambar di atas) terlihat kebingungan. Sebenarnya kucing tersebut sedang mencari tikus, namun dia tidak mengetahui bahwa sebenarnya tikus tersebut berada tidak jauh darinya. Karena kucing tidak mempunyai penciuman yang tajam, maka dia tidak mengetahui keberadaan tikus di balik batang ponon tersebut. Akan tetapi ceritanya akan sedikit berbeda jika tikus tersebut berhadapan dengan seekor anjing, dengan penciumannya yang tajam, tikus dibalik batang ponon tersebut pastilah akan mudah ditemukannya.


Dalam hidup ini kita juga sangat pantai bersembunyi. Kita banyak menyembunyikan kesalahan kita terhadap sesama kita. Dengan berbagai cara atau memanfaatkan segala situasi dan kondisi, kita berusaha agar segala kesalahan kita tidak terlihat. Satu hal yang pasti kita tidak bisa melakukan hal tersebut terhadap Tuhan pencipta alam semesta. Sangat wajar jika pada saat kita melakukan dosa kita merasa bersalah. Rasa bersalah tersebut terkadang membuat kita malu kepada Tuhan. Rasa malu tersebut nantinya akan terus mendorong kita untuk jauh dari hadirat-Nya. Pada akhirnya kita “bersembunyi”, karena takut berjumpa dengan Allah, hal itersebut memang sudah pernah terjadi sejak keberadaan manusia pertama di bumi ini.


Alangkah baiknya pada saat kita merasa bersalah, sesegara mungkin kita lari menuju dekapan Tuhan. Tuhan dengan segala kasih-Nya mampu memaafkan kesalahan kita. Lari jauh ataupun bersembunyi tidak akan membuat dosa serta kesalahan kita hilang dimata-Nya, hanya dengan datang bertobat serta berjanji tidak mengulangi lagilah, yang menyebabkan kesalahan kita akan diampuni.


Jika kita berhadapan dengan Sang Maha mengetahui, untuk apakah kita bersembunyi lagi?


“Sebab Aku mengamat-amati segala

tingkah laku mereka;

Semuanya itu tidak tersembunyi dari pandangan-Ku

Dan kesalahan merekapun tidak terlindung

Di depan mata-Ku”

Yeremia 16:17


GOD Bless u